Khasiat Dzikir – Hadits Ke-16
Selasa, 20 April 2010
Dari Abu Hurairah r.a., “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya; (1) Pemimpin yang adil, (2) Pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, (3) Laki-laki yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, (4) Dua orang lelaki yang saling mencintai semata-mata karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah semata-mata karena Allah, (5) Laki-laki yang digoda oleh wanita bangsawan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesunguhnya aku takut kepada Allah.’ (6) Laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, (7) Laki-laki yang mengingat Allah bersunyi diri hingga berlinangan air mata.” (Bukhari, Muslim).
Faedah
Berlinangan air mata dalam hadits ini maksudnya adalah menangis karena mengingat keburukan dan dosa-dosanya. Dapat juga bermaksud menangis karena terharu, lalu tanpa sengaja meneteskan air mata. Tsabit Banani rah.a. meriwayatkan bahwa seorang syaikh berkata, “Aku mengetahui doa manakah yang diterima oleh Allah.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana engkau dapat mengetahuinya?” Jawabnya, “Jika bulu roma orang yang berdoa itu berdiri, dan hati merasa takut, sehingga air mata keluar, itulah doa yang dikabulkan.”
Termasuk tujuh golongan di dalam hadits di atas adalah orang yang mengingat Allah dengan bersunyi diri hingga berlinangan air mata. Ia berdzikir sendiri sambil menangis. Ada dua kelebihan dalam hal ini, dan keduanya dalam tingkat yang tinggi:
1. Ikhlas, yakni dalam keadaan bersunyi diri ia tetap sibuk berdzikir kepada Allah.
2. Takut kepada Allah atau terharu sehingga menangis di hadapan-Nya, karena rasa haru dan takut yang sempurna.
Seorang penyair berkata:
Pekerjaan kami ialah menangis pada malam hari, mengingat kekasih kami,
sehingga kantuk kami terkalahkan oleh mengingat-Nya.
Sedangkan kata-kata ‘laki-laki yang mengingat Allah dengan bersunyi diri’, alim ulama berpendapat bahwa kata ‘bersunyi diri’ di sini memiliki dua pengertian, yaitu:
a) Pengertian umum, yaitu benar-benar sendirian, sepi dari orang-orang. Penafsiran itulah yang biasanya digunakan.
b) Pengertian khusus, yaitu kosong dari segala pikiran selain Allah swt.. Inilah arti ‘bersunyi diri’ yang sebenarnya.
Selanjutnya dikatakan, barangsiapa yang memiliki kedua sifat ini, sesungguhnya ia telah sampai pada derajat yang sempurna. Namun, jika seseorang berada dalam suatu majelis dan ia dapat menyingkirkan segala pikiran selain Allah dan ia berzikir hingga menangis, maka ia termasuk orang-orang yang sempurna derajatnya. Ketika sendirian ataupun dalam keramaian, baginya sama saja. Jika di dalam hatinya tidak ada pikiran selain Allah, walaupun ia berada dalam majelis yang ramai, ia tidak akan terganggu konsentrasinya. Mengingat Allah dengan rasa takut hingga mengeluarkan air mata merupakan kekayaan dan karunia yang tidak ternilai harganya. Betapa beruntung dan betapa berbahagianya orang yang telah diberi oleh Allah karunia seperti itu. Sebuah hadits menyatakan, “Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, maka api neraka haram baginya (ia tidak akan masuk ke dalam neraka) sehingga air susu kembali ke dalam puting susu.” Artinya, sebagaimana air susu mustahil kembali masuk ke dalam puting susu, maka mustahil pula ia masuk ke neraka. Disebutkan dalam hadits lain, “Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, sehingga air matanya menetes ke bumi, maka ia tidak akan disiksa pada hari Kiamat.” Sebuah hadits meriwayatkan, “Dua mata yang haram masuk neraka: (1) Mata yang menangis karena takut kepada Allah, (2) Mata yang digunakan untuk berjaga malam dari serangan orang-orang kafir.” Disebutkan dalam sabda beliau yang lain, “Neraka diharamkan bagi mata yang pernah menangis karena takut kepada Allah, mata yang digunakan untuk berjaga malam di jalan Allah, mata yang ditahan untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang (oleh agama), dan mata yang hilang di jalan Allah.” Sebuah riwayat menyebutkan bahwa orang yang berdzikir sendirian adalah seperti orang yang bertempur sendirian melawan musuh (orang-orang kafir).”
0 komentar:
Posting Komentar