Join and earn money by advertising in Kumpulblogger.com

Mitos, Fakta dan Realita Penting Seputar Mata

Senin, 17 Mei 2010

Mitos, Fakta dan Realita Seputar Mata. Pernyataan duduk terlalu dekat ke TV akan merusak mata tentunya bukanlah hal yang asing lagi. Akan tetapi, kalimat ini tidak sepenuhnya benar. Berikut beberapa mitos dan fakta lain seputar mata dan penglihatan yang bisa membantu Anda memelihara organ penting ini.


http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/spaw/uploads/images/article/image/2010_04_07_04_24_05_eye------dc.jpg
Mitos, Fakta dan Realita Seputar Mata


Makan wortel perbaiki penglihatan

Fakta: Wortel kaya akan vitamin A, nutrisi yang sangat penting untuk penglihatan. Mengonsumsi wortel membantu menyediakan sejumlah kecil vitamin A yang diperlukan untuk penglihatan yang baik. Akan tetapi, vitamin A tidak hanya terbatas pada wortel. Anda juga bisa mendapatkan vitamin satu ini dari susu, keju, kuning telur, dan hati.


Duduk terlalu dekat ke TV rusak penglihatan

Mitos: Duduk terlalu dekat ke TV kemungkinan akan membuat Anda sakit kepala, tapi tidak akan merusak penglihatan.


Membaca dalam gelap perlemah penglihatan

Mitos: Sama seperti duduk terlalu dekat ke TV, mata akan terasa lelah dan kemungkinan kepala Anda akan sakit. Tapi, hal ini tidak akan merusak atau memperlemah mata.


Mengenakan kaca mata atau lensa kontak akan memperlemah penglihatan
dan selanjutnya mata akan ketergantungan pada alat bantu penglihatan ini.
Mitos: Lensa tidak akan memperlemah mata Anda. Resep kaca mata kemungkinan bisa berubah seiring waktu akibat penuaan atau hadirnya penyakit. Tapi hal ini tidak disebabkan oleh resep kaca mata yang sedang Anda gunakan.


Mata juling pada anak-anak bisa ditangani

Fakta: Anak-anak tidak bisa mengatasi mata juling sendirian. Tapi dengan bantuan, gangguan ini lebih mudah ditangani di usia muda. Karena itu, sangat penting untuk memeriksakan mata anak sejak dini. Cobalah melakukan pemeriksaan pertama saat anak masih bayi dan ulangi lagi saat anak berusia dua tahun.


Gangguan penglihatan tidak bisa dicegah

Mitos: Saat mengalami gejala-gejala awal, seperti penglihatan kabur, sakit mata, adanya kilatan atau cahaya, atau jika tiba-tiba ada yang mengambang di penglihatan, ada baiknya segera memeriksakan diri. Jika terdeteksi dini, bergantung pada penyebabnya, masih ada pengobatan yang bisa memperbaiki, menghentikan, atau paling tidak memperlambat hilangnya penglihatan.


Menggunakan lampu tidur di kamar anak akan memicu rabun dekat

Mitos: Belum tersedia bukti cukup untuk mendukung klaim ini. Menghidupkan lampu tidur di kamar bayi pada dasarnya membantu mereka belajar untuk fokus dan mengembangkan keahlian mengkoordinasikan mata saat mereka terbangun.


Melihat langsung ke matahari bisa merusak penglihatan

Fakta: Melihat matahari langsung tidak hanya memicu sakit kepala dan gangguan penglihatan sementara, tapi juga bisa menyebabkan kerusakan mata permanen. Setiap paparan sinar matahari akan menambah penimbunan efek radiasi ultraviolet ke mata. Paparan UV telah diaitkan dengan gangguan seperti macular degeneration, solar retinitis, dan corneal dystrophies.Waktu paling berbahaya melihat matahari langsung, seperti dikutip situs webmd.com, adalah selama gerhana matahari. Kecerahan matahari tersembunyi, tetapi sinar berbahaya yang bisa membakar mata tidak berkurang.


Menggunakan pemanis buatan membuat mata lebih sensitif terhadap cahaya.

Fakta: Jika menggunakan pemanis buatan, seperti cyclamates, mata Anda akan lebih sensitif terhadap cahaya. Selain pemanis buatan, ada beberapa faktor lain yang bisa membuat mata lebuh sensitif terhadap cahaya. Faktor lain tersebut meliputi antibiotik, kontrasepsi oral, obat-obat hipertensi, dan obat diabetes.( mediaindonesia.com )

0 komentar:

Follow Me

Blog Archive

Online

Directory

The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku Text Back Links Exchange Free Automatic Link Free Automatic Backlink http://Link-exchange.comxa.com Powered by Mysiterank

  © Web Design By Septiyans   © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008   ©The Javanese   ©Doea Enam

Back to TOP